Anda mau beli oleh oleh khas Jogja ?
Wedang uwuh Gites instan isi lima, pilihannya.
Wedang uwuh Gites isi lima adalah wedang uwuh instan.
Kemasan paper bag isi lima sachet.
Komposisi bahan: gula, jahe, kayu secang, daun cengkih, daun kayu manis dll.
Praktis tinggal sedu pakai air panas (mendidih disarankan).
Dengan menggunakan jahe instan, terasa karamelnya, sehingga manisnya mantap.
Kemasan cantik, cocok juga untuk oleh-oleh, cinderamata, isi parcel dll.
Tidak menggunakan 'bahan tambah' pengawet, pemanis, pewarna buatan.
RASA DAN AROMA MENYEGARKAN
SUASANA
Masyarakat Imogiri menikmati wedang uwuh dengan cara ‘mat-matan’’, disajikan dengan gula batu supaya manisnya terasa mantap. (Mat-matan: meluangkan waktu khusus untuk menikmati sesuatu (biasanya untuk mengisi waktu istirahat))
Wedang uwuh Gites instan isi lima, pilihannya.
> Rp 7.700 pembelian 11>20 paperbag
> Rp 7.500 pembelian 21>50 paperbag
> Rp 7.200 pembelian 51> ~ paperbag
Wedang uwuh Gites isi lima adalah wedang uwuh instan.
Kemasan paper bag isi lima sachet.
Satu sachet untuk 175cc.(1 cangkir atau ¾ gelas)
Komposisi bahan: gula, jahe, kayu secang, daun cengkih, daun kayu manis dll.
Praktis tinggal sedu pakai air panas (mendidih disarankan).
Dengan menggunakan jahe instan, terasa karamelnya, sehingga manisnya mantap.
(Volume dan berat lebih kecil, menghemat ongkos kirim)
Kemasan cantik, cocok juga untuk oleh-oleh, cinderamata, isi parcel dll.
Tidak menggunakan 'bahan tambah' pengawet, pemanis, pewarna buatan.
PIRT no. 2133402011163-21
HALAL MUI no. 12160000560118
Untuk kesempurnaan rasa dan aroma, ikuti petunjuk penyajian pada kemasan.
Sejarah wedang uwuh.
Bila anda berwisata ke Jogja dan mengunjungi makam Imogiri/ makam Raja-raja Mataram (diantaranya yang terkenal adalah Sultan Agung Hanyokro
Kusumo dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX (mantan
Wakil PresidenRepublik Indonesia)) di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, di sekitar komplek makam banyak warung/toko
yang menyediakan Wedang Uwuh.
Keingintahuan segera timbul bahkan yang tidak mengerti bahasa Jawa sekalipun.
Dalam bahasa Jawa ‘wedang’
berarti minuman (makna dasarnya air yang telah direbus/ dimasak) , sedangkan ‘uwuh’ (larahan) berarti sampah.
Jadi? Minuman sampah? Bukan minuman dari sampah! Tetapi minuman yang terbuat
dari dedaunan dan rempah ( daun cengkeh, daun kayu manis, daun pala, serutan kayu secang, jahe dan lain-lain
) yang disajikan dalam gelas bening dan masih terlihat bahannya seperti sampah.
(‘jadul’, konotasi ‘uwuh’ bagi orang
Jawa/Imogiri adalah daun yang rontok karena sudah tua dan kering, yang
menyebabkan suasana kotor di halaman rumah)
Walau terlihat seperti sampah, tetapi bila anda melihat warna merahnya
tentu akan berselera untuk mencoba dan ketika terhirup aroma akan
menyegarkan suasana. Dan setelah mencoba akan merasakan sensasi nikmatnya
minuman ini.
Berawal dari era tahun 1970an (bahkan
mungkin jauh sebelum itu), para ‘abdi dalem’ pengurus
makam dan pedagang warung di komplek makam, memanfaatkan daun cengkeh kering
yang berjatuhan dijadikan minuman dicampur gula
jawa,yang disebut “wedang cengkeh”.
Sesuai dengan berlalunya waktu, masyarakat Imogiri yang dikenal kreatif dan
mempunyai cita rasa kesempurnaan kenikmatan, menambah ramuannya, yang menghasilkan
minuman yang nikmat dan menyegarkan suasana.
Masyarakat Imogiri menikmati wedang uwuh dengan cara ‘mat-matan’’, disajikan dengan gula batu supaya manisnya terasa mantap. (Mat-matan: meluangkan waktu khusus untuk menikmati sesuatu (biasanya untuk mengisi waktu istirahat))